Dana Tugas Pembantuan
PROPOSAL
PERMOHONAN BANTUAN
KEGIATAN PENCANANGAN REVITALISASI AKSARA MINANGKABAU DIKABUPATEN LIMA PULUH KOTA
PROGRAM PENGELOLAAN KEBUDAYAAN
KEGIATAN PENGEMBANGAN NILAI DAN
GEOGRAFI SEJARAH
TAHUN 2011
| | | |
1. | Judul Usulan Kegiatan | : | Pencanangan Revitalisasi Aksara Minangkabau di Kabupaten Lima Puluh Kota , Sumbar |
2. | Jumlah Usulan Anggaran (Dana Tugas Pembantuan) | : | |
| | | |
3. | Jumlah Dana Pendamping | : | |
| | | |
4. | | | |
| N a m a | : | ZULHIKMI, S.Pd,. M.M.Pd |
| Jabatan | : | Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda Dan Olah Raga |
| Alamat | : | Jl. Negara Tanjung pati Km. 7 |
| Telepon | : | 0752 7750431 |
| Fax | : | 0752 7750421 |
| e-mail | : | |
| HP | : | 081363301804 |
Tanjung Pati, 4 Agustus 2011
Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan olah raga
Zulhikmi, S.Pd.,M.M.Pd
NIP.19600615 198303 1013
PROPOSAL PERMOHONAN BANTUAN
PENCANANGAN REVITALISASI AKSARA MINANGKABAU
DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
BAB I. INFORMASI UMUM
A.PENDAHULUAN
Latar belakang.
Keberadaan aksara minang mulai terungkap pada tahun 1970 di sela-sela hiruk pikuknya pembahasan tentang Sejarah dan Kebudayaan Minangkabau dalam sidang seminar yang diadakan di Batusangkar yang diulas oleh H. Kamardi Rais Dt. P. Simulie dan telah dicoba dikembangkan oleh Damanhuri, tetapi pihak Jakarta pada saat itu membantah karena aksara Minang tidak punya dasar karena tidak ditemukan pada daun lontar ataupun tidak ada ditemukan di Batu Basurek.
Dalam setiap acara kebudayaan di Padang bapak Emil Salim selalu bercerita bahwa kita ragu dengan adanya aksara minangkabau, tetapi dengan aksara Lahat , Pramubulih diakui dalam semacam compendium arkeologi, karena ditemukan dalam daun lontar dan batu- batuan dalam goa sementara kebudayaan minangkabau karena tidak ditemukan pada daun lontar dan batu basurek maka kebudayaan Minang betapapun tuanya di tengah-tengah kebudayaan nusantara, namun Minangkabau tidak diakui kebudayaan yang punya aksara .
Namun demikian, satu hal yang menggembirakan patut kita kemukakan di sini. Kebudayaan Minangkabau sebenarnya lengkap dengan huruf asli berupa aksara Minang. Ini ditemukan di Jorong Tanjung Bungo, Nagari Koto Lamo . Walaupun batunya kecil dan terlilit oleh akar kayu beringin ,namun dapat terlihat dan dapat kita baca apabila kita cocokkan dengan huruf aksara Minangkabau yang ada pada Tambo Pariangan tertulis kata “ DA-HA-NA’’ mungkin sambungan ada kesebelahnya yang oleh para ahli arkeologi dapat membacanya.
Keberadaan Batu Basurek di Jorong Tanjuang Bungo Kenagarian Koto Lamo, Kecamatan Kapur IX adalah merupakan suatu bukti keberadaan aksara Minangkabau yang tertuang dalam tambo Pariangan Padang Panjang.
Gambar 1. Batu Basurek di Jorong Tanjuang Bungo
Kenagarian Koto Lamo, Kecamatan Kapur IX
Dalam cerita tambo awal nagari Koto Lamo dimana pada saat Muaro Takus bernama Koto Sijangkang, Batang Kampar bernama Sungai Ambun dan Batang Sinamar bernama Sungai Una yang pada saat itu dibangun pada awalnya perkampungan Nagari Koto Lamo di sekitar ditemukan Batu Basurek.
Dimana Kemudian Dt. Bandoro sati dengan Dt. Bosa membuat perkampungan yang disebut dengan Koto Lamo, pada saat membuat Koto Lamo datanglah utusan dari Dt. Rajo Di Balai dari Muaro Takus untuk membuat pula suatu Nagari, yaitu Nagari Koto Tuo dengan Dt. Bosa dari Koto Tangah dan Dt. Bandaro Sati melihatnya perkampungan Koto Tuo berada di atas Gunung dan kemudian dibuat jalan untuk memudahkah menuju sungai Kapua ketek sehingga dibuat perkampungan yang diberi nama Lolo dengan pusat adatnya tetap di Koto Lamo.
Sejarah Nagari Koto Lamo dalam rentang yang panjang sampai masuknya Islam 680 M di Muaro Sabak , Batu Basurek ini merupakan tempat berziarah bagi masyarakat sehingga terjadi Singkirisme pemahaman Islam kuno dengan hindu maupun bundha sehingga Nagari Koto lamo ditinggalkan. Untuk itu kedepan bagaimana kita menjadikan Nagari Koto Lamo menjadi nagari pusat Aksara Minangkabau.
Tempat lain ditemukan di Kabupaten Lima Puluh Kota, dari berbagai penelitian, ada beberapa goresan yang terdapat pada batu basurek Borobono di Jorong Talago, Nagari Taeh Bukik, Lubuak Batingkok, Pauh Sangik, Limbanang, Anding dan Tanjung Bungo, dengan tulisan nagari bertahun 670 SM, maka besar kemungkinan artefak tersebut dapat mengungkap keberadaaan aksara minang.
Aksara Minang itu berjumlah 17 buah yang terdiri dari: a – ba – sa/ca – ta – ga – da – ma – ka – na – wa – ha – pa/va – la – ra – nga – ja/ya- nja/nya
Jika huruf-huruf Minang itu diberi titik di atasnya, maka di baca: i – bi – si – ti – gi – di – mi – ki – ni – wi – hi – pi – li – ri – ngi-ji/yi-nji/nyi . Dan kalau diberi titik dibawahnya bacaannya berubah menjadi u – bu – su – tu – gu – du – mu – ku – nu – wu – hu – pu – lu – ru – ngu- ju/yu-nyu/nyu
Selanjutnya kalau diberi bercagak (bertanda v) di atasnya dibaca: e – be – se – te – ge – de – me – ke – ne – we – he – pe – le – re – nge. Kalau tanda “v” tersebut dipindahkan ke bawah harus dibaca: o – bo – so – to – go – do – mo – ko – no – wo – ho – po – lo – ro – ngo. Tapi kalau diberi titik di samping kanan, maka ia menjadi huruf mati: b – s – t – g – d – m – k – n – w – h – p – l – r – ng.
B. KONDISI GEOGRAFIS KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
Kabupaten Lima Puluh Kota adalah salah satu Kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Barat, yang memiliki luas 3.354 Km2. Daerah yang cukup luas ini, secara administratif terbagi ke dalam 13 kecamatan. Kecamatan terluas adalah Kapur IX (723,36 Km2), kemudian diikuti oleh Pangkalan Koto Baru (712,06 Km2) dan Harau (416,80 Km2) serta Lareh Sago Halaban (394,85 Km2). Kecamatan terkecil adalah Luak dengan luas 61,68 Km2, kemudian diikuti oleh Situjuh Limo Nagari (74,18 Km2) dan Akabiluru (94,26 Km2). Selain dibagi atas wilayah kecamatan, wilayah kabupaten juga terbagi kedalam 79 nagari dan 401 Jorong. Nagari dan Jorong terbanyak berada di Kecamatan Harau, dan setiap Kecamatan memiliki jumlah nagari dan jorong yang berbeda-beda.
Secara geografis Kabupaten Lima Puluh Kota terletak pada 00 22’ LU–0023’ LS dan 1000 16’ BT-1000 51’ BT, dan lokasi ini juga berada di bagian timur Provinsi Sumatera Barat. Di sebelah utara, Kabupaten Lima Puluh Kota berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hulu dan Kabupaten Kampar Propinsi Riau, sebelah selatan dengan Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Sawahlunto Sijunjung, sebelah barat dengan Kabupaten Agam dan Kabupaten Pasaman, serta sebelah timur dengan Kabupaten Kampar Propinsi Riau.
Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki topografi bervariasi mulai dari datar, lereng, bergelombang dan berbukit dengan ketinggian bervariasi dari 110-905 m dari permukaan laut (dpl). Di daerah ini terdapat 13 buah sungai yang tersebar di beberapa kecamatan. Diantaranya yang terpanjang adalah Batang Maek yang melintasi Kecamatan Bukit Barisan, Kapur IX dan Pangkalan Koto Baru dengan panjang 125 Km dan kemudian bergabung dengan Batang Kampar, batang Siak menuju Samudera lepas di Selat Malaka.
BAB II. USULAN KEGIATAN PENCANANGAN AKSARA MINANG
DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
a. Nama program : Pengelolaan Kekayaan Budaya
b. Kegiatan : Pengembangan Nilai dan Geografi Sejarah
c. Bentuk Kegiatan : Pencanangana Aksara Minang di Kabupaten Lima Puluh Kota
d. Maksud dan Tujuan :
Maksud dari kegiatan ini adalah untuk mengembangan nilai-nilai geografi sejarah yang pernah ada di Kabupaten Lima Puluh Kota terhadap aksara minang.
Sedangkan tujuannya adalah untuk :
a. Menumbuhkembangkan nilai nilai tradisi daerah sebagai jati diri bangsa
b. Menjadikan aksara minang sebagai mata pelajaran BAM di sekolah
c. Memberikan support kepada peneliti untuk tetap mengali keberadaan aksara minang
d. Menjadikan pembanding terhadap temuan temuan dalam penelitian terhadap aksara minang
e. Masalah
Masalah yang hendak diselesaikan dalam klegiatan ini adalah belum tersosialisasikan aksara minang kepada sekolah-sekolah dan masyarakat untuk itu perlu dilakukan pencanangan pemakaian aksara Minangkabau untuk anak sekolah dan masyarakat. Dan belum ditelitinya aksara minang yang ada dalam goresan batu yang tersebar di Kabupaten Lima Puluh Kota
f. Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan adalah untuk meningkatnya tujuan wisata minat khusus ke daerah Kabupaten Lima puluh Kota.
g. Fakta yang mendasari dari kegiatan ini adalah Peraturan Bupati Lima Puluh Kota Nomor 58 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kebudayaan Daerah
h. Organisasi Pelaksanaan Pencanangana Aksara Minang di Kabupaten Lima Puluh Kota dilaksanakan melalui kepanitian sebagai pengarah di Tingkat Kabupaten dan Panitia Pelaksana di Tingkat Kecamatan.
i. Pembiayaan
Pembiayan bersumber dari Tugas pembantuan APBN Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Ditjen Budaya dan Seni untuk Kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat
a. Rincian Kegiatan/Sub-Kegiatan dan Anggaran
Kegiatan/ Sub-Kegiatan | Kebutuhan Anggaran (Rp.000) | ||||||
APBN Pusat* | APBD | Masya- rakat | |||||
BP | BB | BM | BS | å | |||
Pengembangan Nilai dan Geo-grafi Sejarah | | | | | | | |
1. inventarisasi aksara minang | 10.000 | 75.000 | - | - | 85.000 | 5.000 | |
2. pencanangan aksara minang | 10.000 | 75.000 | - | - | 85.000 | 5.000 | - |
3. Mencetak media , buku, leaflet untuk promosi | 10.000 | 50.000 | | | 60.000 | 5.000 | |
Jumlah | 30.000 | 200.000 | | | 230.000 | 15.000 | |
* BP = Belanja Pegawai; BB = Belanja Barang/Jasa; BM = Belanja Modal;
BS = Belanja Bantuan Sosial; å = Jumlah
b. Indikator Kinerja
Berisi penjelasan tentang indikator keberhasilan (output dan outcome) pada setiap kegiatan/Sub-kegiatan sebagai alat ukur pencapaian tujuan dan sasaran.
Kegiatan/Sub-Kegiatan | Indikator Keberhasilan | |
OUTPUT | OUTCOME | |
Pengembangan Nilai dan Geografi Sejarah | | |
1. inventarisasi aksara minang | Terlaksanaya inventarisasi aksara minang/goresan yang ada pada megalitik yang tersebar di Lima puluh kota | Meningkat bahan dari nilai-nilai sejarah |
2. pencanangan aksara minang | Terlaksana sosialisas dan diskusi aksara minang di sekolah dan bagi masyarakat | Meningkatkan pemahaman terhadap aksara minang |
3. Mencetak media , buku, leaflet untuk promosi | Tercetaknya bahan untuk media promosi dan pembelajaran. | Meningkatkan informasi tentang keberadaan aksara minang |
Sarilamak, Agustus 2011
BUPATI LIMA PULUH KOTA
ALISMARAJO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar