Menjadi yang terbaik merupakan amanah yang harus dilakukan dalam hidup dan kehidupan seorang manusia karena kita dilahirkan memang untuk jadi yang terbaik oleh Allah SWT yakni sebagai kalifah di muka bumi ini serta paling sempurna dari sekian banyak makluk ciptaan Allah. Maka Jadilah yang terbaik.......YES...

Kamis, 11 Agustus 2011

ALIS DENGAN K3 MENUJU KOTA S.M.P


Oleh
Ali Hasan, S.Sos

Tepatnya pada tanggal 20 Februari 2011 lalu, genap sudah 100 hari kepemimpinan dr. Alis Marajo dan Drs. Asyirwan Yunus memegang pucuk pimpinan Kabupaten Lima Puluh Kota. Banyak harapan yang tertumpah kepada pasangan “AA” yang dilantik pada 11 November 2010 lalu itu. Slogan “Manyudai Nan Tabangkalai” menjadikan pasangan “AA” di percaya memimpin Luak Limo Puluh Kota periode 2010 – 2015. Dalam rentang 100 hari kepemimpinannya sudah banyak kebijakan yang dilahirkannya, mulai membuat regulasi center di Kantor Bupati Lima Puluh Kota sampai dengan triple track strategy atau dengan istilah K3, yang sering diucapkan pasangan ini. Dalam menjalankan program dan kegiatan harus ada legalitasnya. “Jika suatu kegiatan yang dijalankan tidak memiliki legalitas, maka kegiatan itu fiktif ”, kata Alis Marajo beberapa hari lalu.

Sampai saat ini sedikitnya sudah 25 Peraturan Bupati yang sudah ditelorkan dan diimplementasikannya , sebut saja “Gerbang Gor” (gerakan pembangunan gotoh royong) yang sudah dijalankan dibeberapa nagari yang dilegalkan dengan Peraturan Bupati Nomor 01 Tahun 2011 dan baru saja dicanangkan di Nagari Baruah Gunung Kecamatan Bukit Barisan pada tanggal 19 februari 2011 lalu. Dari kegiatan gerbang gor yang digelar masyarakat tersebut memang dibanjir oleh masyarakat dengan melibatkan PNS Lima Puluh Kota. Ini adalah salah satu indikasi dari kebersamaan dalam mewujudkan visi daerah. Untuk memback up kegiatan Gerbang Gor ini, juga sudah dianggarkan sebesar Rp. 50 juta per nagari didalam APBD.

Triple Track Strategy
Dalam membuat suatu kebijakan, Alis/Asyirwan mengakomodasi dari kebersamaan karena dengan kebersamaan akan terwujud kemakmuran dan dengan kemakmuran akan tercapai kesejahteraan. Hal inilah yang tertuang dalam visi yang disampaikan Pasangan ini, dimana terdapat 3 unsur penting didalamnya yang disebut dengan K3 yaitu, kebersamaan, kemakmuran dan kesejahteraan.

Untuk pengembangan ekonomi masyarakat Lima Puluh Kota, juga dipacu pengembangan kota kota baru yang menjadi pusat ekonomi kedepan yaitu, Kota Sarilamak, Kota Mungka dan Kota Pangkalan Koto Baru (Kota S.M.P) sebagai sentra yang akan mewarnai pergerakan ekonomi anak nagari yang berada pada 79 nagari di Kabupaten Lima Puluh Kota.

Sarilamak adalah ibukota Kabupaten Lima Puluh Kota, dimana Kota Sarilamak yang terdiri dari  Nagari Lubuak Batingkok, Nagari Gurun, Nagari Sarilamak, Nagari Tarantang dan Nagari Pilubang dengan luas keseluruhan sebesar ± 228,27 km², dengan topografi terletak pada ketinggian 500 – 1241 dpl semangkin semarak karena telah menjadi kawasan Perkotaan Baru yang terletak di dalam wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota yaitu merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Harau.

Dengan adanya Tata Ruang Kawasan Kota Sarilamak, berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2002 tentang Rencana Kota Sarilamak sebagai Ibukota Kabupaten Lima Puluh Kota (Kebijakan Alis Marajo Tahun 2002 – red) telah memincu perkembangan pada daerah perbatasan Kota Sarilamak, hal ini terlihat dari mengeliatnya  nagari yang berada disebelah utara yaitu Nagari Harau dan Nagari Solok Bio-Bio dalam wilayah Kecamatan Harau, begitu juga  Nagari Koto Tuo, Nagari Batu Balang, Nagari Bukik Limbuku di sebelah selatan

Sementara Mungka dan Simpang Kapuak akan menjdi Kota disebelah barat dengan pusat pertumbuhannya berada pada Kecamatan Mungka, sedangkan Pangkalan Koto Baru akan menjadi kota baru disebelah timur karena berbatasan langsung dengan Kabupaten Kampar Provinsi Riau

Semua kota kota baru seperti Sarilamak, Mungka dan Pangkalan Koto Baru tersebut akan diiringi dengan pengembangan sector budaya dan pariwisata. Ini terlihat dari inventarisasi obyek obyek wisata terutama sejarah dan adat yang selalu mendapat perhatian serius dari Alis Marajo dalam upaya mewujudkan “sister city” dengan Negeri Sembilan Malaysia. Hal ini tinggal menindak lanjutinya lagi karena sudah dirintis Alis Marajo sewaktu menjadi Bupati Lima Puluh Kota periode tahun 2000 – 2005 lalu.

Gunung Bonsu Resort
Obyek wisata yang menjadi impian Alis Marajo adalah kawasan alam Gunung Bonsu Resort, karena dari kawasan alam ini dapat terlihat lebih dari separohnya Kabupaten Lima Puluh Kota dengan berbagai bukti sejarah tempo doeloe. Jika di layangkan pandangan jauh kedepan. Disebelah barat, jika tak ditutup kabut tampak puncak Gunung Pasaman,. Gunung Mas didekat Suliki sekitar 20 km dari kawasan Gunung Bonsu Resort. Diselatan terlihat gunung Sago. Didepan mata terhampar sawah meliputi hampir separoh wilayah Lima Puluh Kota. Mulai dari Kecamatan Suliki,  Gunung Mas, Guguk, Mungka, Akabiluru, Payakumbuh, sebagian Harau dan sebagian Kecamatan Lareh Sago Halaban dan Pangkalan.

Memandang kebawah, disela-sela lahan pertanian anak Nagari Taeh Bukik atau sekitar 1 km dari areal perkemahan (juga lokasi basafa)  terhampar padang rumput alam seluas 24 Ha yang disebut Panorama Bukit Topuang, kawasan ini sangat cocok untuk lapangan golf yang siap menunggu para pegolf Nasional atau internasional. Lapangan  alam ini tak perlu banyak di poles kecuali menyambung aliran listrik dan air bersih serta beberapa bangunan peristirahatan.

Benteng Tuanku Nan Garang
Turun sekitar 1 km dari lapangan alam bukit topuang ini, ke Timur ditemukan Benteng Tuangku Nan Garang ulama Tarikat Samaniah, pahlawan Islam yang gigih melawan kehadiran VOC yang berusaha membangun gereja di Simalanggang. Ulama yang masuk lewat batang Indra Giri terus ke Sungai Ombilin dan Batang Sinamar ini lama bertahan di kaki Gunung Bonsu, Taeh Bukik 10 km dari Sarilamak. Perang Tuanku Nan Garang melawan VOC tahun 1669, dicatat Belanda dengan sebutan Simalanggang More banjir darah di Simalanggang.

Dilokasi ini, akan dibangun Monumen Benteng Tuanku Nan Garang dan Ahmad Tungga, yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Ahmad Hussaini bin Hamzah Tuangku Raja Besar  Negeri Sembilan Malaysia pada tanggal 26 Februari 2011 lalu, yang dihadiri LKAAM Provinsi Sumatera Barat dan kepala SKPD dilingkungan Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota
Pembangunan benteng ini lebih pada penguatan sejarah Tuanku Nan Garang dan Tuanku Ahmad Tungga yang dalam kaitan sejarah pada suasana puncak peperangan Paderi meletus,  dimana Norma dan Ahmad Tunggal menemui temannya Tuanku Nan Garang, di Tigo Balai , Koto Tongah Lubuk Batingkok karena disuruh oleh ayahanda Tuanku Ibrahim.
Kawasan Lubuak Batingkok, Tigo Batur, sejak tahun 1500-an, apalagi setelah Malaka jatuh tangan Portugis, menjadi tempat menampung hasil hutan untuk dibawa ke Malaka dan Kelang melalui pecan lama di Siak. Tetapi setelah Siak ditaklukan oleh Johor maka pedagang-pedagang Minangkabau membuat pangkalan dagangnya di hulu sungai Siak di Senapelan yang disebut “ Pakan Baru “ yang menjadi cikal bakal kota Pekan Baru sekarang.
Sebelum naik ke lokasi Benteng Tuanku Nan Garang ada batu sebesar 2 x 1 m berukuran busur panah yang disebut batu Borobono. Beberapa meter didepannya ada batu Telapak Kaki Budha agama pertama yang masuk sekitar abad ke 7 di lereng Gunung Bonsu. Dari sini Budha menyebar ke Simalanggang, Guguak dan sekitarnya.

Lelah mengikuti jalan berliku di dinding Gunung Bonsu kini sebagian besar jalan itu masih dalam pengerasan, pengunjung bisa menenggak air nira yang banyak dihasilkan warga Pulutan dan Taeh Bukik maupun Taeh Baruah. Atau berendam di kolam wisata aie sonsang (irigasi) dengan luas kawasan 2 Ha dicelah bukit yang hanya 2 km di Utara lapangan alam bukit topuang.

Jika impian pasangan “AA” ini cepat ditindak lanjuti, maka Kawasan wisata alam, Sejarah dan Olahraga Gunung Bonsu nanti persis berada dipinggir luar kota Sarilamak, meski masih dalam tahap pembangunan telah ramai dikunjungi. Maklum kabupaten Lima Puluh Kota dan Payakumbuh khususnya dan Sumatera Barat pada umumnya, selama ini nyaris belum memiliki objek wisata yang komplek seperti Gunung Bonsu. Apalagi Nagari Solok Bio-Bio yang masih orisinil karena terlalu lama terisolir akan dijadikan perkampungan Minang Kabau asli, beda dengan perkampungan Minang Kabau yang direkayasa seperti di Kota Padang Panjang akan menjadi daya tarik tersendiri. Tampaknya, objek wisata alam Lembah Harau atau Lubuk Bangku tentulah terasa semakin bergairah.

Tak sulit dibayangkan, bagaimana peran Gunung Bonsu atau katakanlah, Taeh Bukik dan Sarilamak bagi masa depan ekonomi Lima Puluh Kota dan Sumatera Barat. Soalnya, Sarilamak yang bisa dijangkau dari Pekanbaru dalam 3 jam berkat kelok sembilan tentulah setiap hari Sabtu dan Minggu akan dibanjiri pengunjung. Maklum daerah Pekanbaru sekitarnya miskin objek wisata baik danau, gunung apalagi udara sejuk.

Kawasan wisata Bukit Topuang sangat cocok dijadikan Lapangan golf bagi kalangan atas para pejabat dan pengusaha karena selain di Pekanbaru banyak berada di Batam, Singapura atau Malaka, Malaysia. Jika mereka ingin bermain di arena yang sejuk, pengusaha dari Batam, Singapura, Malaysia tentu tak perlu jauh-jauh ke Brastagi, 90 km arah Barat Daya Kota Medan. Ke gunung Bonsu dapat dijangkau dengan pesawat terbang atau helikopter selama 40 menit dari Pekanbaru atau sekitar 1 jam dari Batam, Singapura dan Malaka.

Bandara Piobang
Semua itu membuka peluang bagi bandara Piobang, yang hanya 8 km dari Gunung Bonsu. Artinya mimpi Alis Marajo yang saat ini dipercayakan masyarakat memimpin Kabupaten Lima Puluh Kota untuk periode kedua ini pernah menyebut akan menjadikan Bandara Perintis Piobang menjadi Bandara Internasional Piobang jadi amat rasional, karena itu bukan pikiran menerawang. Sebab, klasifikasi internasional sebuah bandara tak selamanya ditentukan kualitas peralatan dan landasaan pacu tapi juga oleh tingkat kunjungan pesawat asing.

Apalagi, bandara Piobang telah ada dan pernah jadi bandara internasional. Bandara seluas 8 km2 itu dibangun Belanda tahun 1920 untuk persiapan menghadapi perang Dunia II. Setelah Belanda Kalah, Bandara Piobang dikuasai Jepang selama 3 tahun sampai dengan tahun 1945. ketika Indonesia ditawari kemerdekaan oleh Jepang, Ir. Soekarno di undang ke Saigon Vietnam yang sedang dikuasai Jepang. Soekarno terbang ke Saigon dari Bandara Piobang itu. Usai memproklamirkan kemerdekaan, Wakil Presiden Mr. Mohd. Hatta pada 1946 dari kampungnya Batu Hampar terbang ke Jakarta juga dari Bandara Piobang.

Begitupun, semua yang diungkapkan diatas akan jadi kenyataan jika pembangunan Sarilamak, Mungka dan Pangkalan Koto Baru sebagai sentra ekonomi Lima Puluh Kota dapat ditata dengan baik dan berkelanjutan (sustainable) sehingga Sarilamak sebagai ibukota Kabupaten Lima Puluh Kota akan lebih semarak lagi jika obyek wisata Lembah Harau dan Objek Wisata Gunung Bonsu resort segera dikembangkan menyusul Kelok Sembilan yang segera rampung pengerjaannya, maka jayalah Lima Puluh Kota dengan triple track strategy (K3) nya yaitu Kebersamaan, kemakmuran dan kesejahteraan.
 Selanjutnya, tergantung bagaimana anggota DPRD Lima Puluh Kota bersama jajaran eksekutif hasil racikan pasangan “AA” memahami prospek yang terbuka didepan mata dalam menyusun APBD Lima Puluh Kota secara bijaksana.

Penulis adalah Kabid Kebudayaan Dinas Budparpora Kab Lima Puluh kota dan Wartawan Madina.
HP. 081266557505












Tidak ada komentar:

Posting Komentar