Menjadi yang terbaik merupakan amanah yang harus dilakukan dalam hidup dan kehidupan seorang manusia karena kita dilahirkan memang untuk jadi yang terbaik oleh Allah SWT yakni sebagai kalifah di muka bumi ini serta paling sempurna dari sekian banyak makluk ciptaan Allah. Maka Jadilah yang terbaik.......YES...

Minggu, 14 Agustus 2011

POTANG BALIMAU PANGKALAN


Dana Tugas Pembantuan

PROPOSAL
PERMOHONAN BANTUAN
KEGIATAN  POTANG BALIMAU DI NAGARI PANGKALAN KECAMATAN PANGKALAN KOTO BARU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA





 







PROGRAM PENGEMBANGAN PEMASARAN PARIWISATA

KEGIATAN   PELAKSANAAN PROMOSI PARIWISATA NUSANTARA DI DALAM DAN LUAR NEGERI


TAHUN 2011






1.
Judul Usulan Kegiatan
:
Pengembangan Pemasaran Pariwisata, Potang Balimau di Nagari Pangkalan Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Kabupaten Lima Puluh Kota , Sumbar

2.
Jumlah Usulan Anggaran
(Dana Tugas Pembantuan)
:
Rp. 420.000.000,- (empat ratus dua puluh juta rupiah )




3.
Jumlah Dana Pendamping

:
Rp. 50.000.000,




4.
Contact Person Yang Ditunjuk



N a m a
:
ZULHIKMI, S.Pd,. M.M.Pd

Jabatan
:
Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda Dan Olah Raga

Alamat
:
Jl. Negara Tanjung pati Km. 7

Telepon
:
0752 7750431

Fax
:
0752 7750421

e-mail
:


HP
:
081363301804
      Tanjung Pati,  4 Agustus 2011
         Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan olah raga

                                                                              Zulhikmi, S.Pd.,M.M.Pd
                                                                             NIP.19600615 198303 1013

PROPOSAL  PERMOHONAN BANTUAN
KEGIATAN “ POTANG BALIMAU” DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA SEBAGAI “PERISTIWA KEPARIWISATAAN “ BERSKLA NASIONAL/INTERNASIONAL                                                                     ( INTERNASIONAL/ NATURALE TOURISM SCALE )

BAB I. INFORMASI UMUM
A.PENDAHULUAN
   Latar Belakang
          Pengamatan sejarah pada tahun 431 M Fahien seorang Budhis Cina mengunjungi Kantoli sebelum pergi ke Nalanda (India Utara) melalui Selat Malaka, memasuki Muara Sungai “Kanvar” (Kampar) menuju Kantoli. Kantoli suatu daerah yang dilalui oleh garis equator (pada jam 12 Greenwich, tidak ada bayang-bayang).
          Sebelum ke Kantoli, melewati sebuah pelabuhan yang bernama Pangkalan (sekarang nagari Pangkalan Kecamatan Pangkalan Koto Baru ) tempat membawa hasil hutan dari pedalaman Sumatera menuju  ke Cina, daerah yang dituju adalah Kantoli. Itu adalah Maek yang terletak di hulu sungai (anak Sungai Kampar/ Batang Maek). Hal yang sama dilakukan oleh “Budhist Cina” pada tahun 671 M yang bernama I-Thing
          Tahun 608 M. Maharaja Lokitawarman (Maha Raja Loka) di muara sabak sungai Indragiri masuk agama Islam, pengembang Islam ini berujung pada hulu anak Sungai Kampar Kiri (Batang Subayang) yang sekarang dikenal dengan “Kuntu”. Hubungan daerah Malaisyia- Kuntu - Pangkalan Koto Baru dan Maek dapat dilihat pada gambar 1.
          Adat Minangkabau yang tersusun dari perangkat suku-suku yang bercirikan matrilinear dari pengamatan langsung, pada saat kunjungan pengamat-pengamat tokoh-tokoh adat Sumbar yang berkunjung ke Thailand, Laos, Kamboja tahun 1991 sebagian besar adalah nama-nama tempat di daerah Hindia Belakang tersebut menjadi nama-nama suku di Minangkabau antara lain Melayu,Bendang, Kampai, Mandahiliang, Panai , Domo, Jambak, Pitopang, Salo. Koto Anyir, Buluh Kasok, Banuhampu, Pauah, Koto Piliang, Tanjung, Payobada, Sipisang, Simabua, Sikumbang, Picancang, Guci/ Dalimo, Bodicaniago, Singkuang, Mandaliko,Sumagek,Supanjang,Balai Mansiang (27 nama-nama suku di Minangkabau).
         
Gambar 1. Hubungan Malaysia-Kuntu-Pangkalan Koto Baru dan Maek
Nama-nama penghulu suku di Nagari Pangkalan (pelabuhan dagang 431-671 M) pada saat itu dikuasai oleh dua kelompok penguasa antara lain Penguasa air (Badar Pelabuhan) yang dikendalikan oleh Penghulu Suku rumpun Melayu (Dt.Rajo Malayu). Penguasa wilayah adalah Penghulu Suku Pitopang (Datuk Basa dan Datuk Sibijayo).
          Hubungan dagang antara Pangkalan dengan Malaysia untuk ke Funan (Vietnam) dan Malaisyia telah berlangsung sejak lama (semasa Raja Funan Gunawarman). Hal ini terbukti adanya nama daerah yang sama dengan Nagari Pangkalan dengan Pangkalan Dian dekat Naniang Malaisyia dengan Datuk Limbagonya bergelar Batin Sibijayo
          Fakta-fakta hubungan dagang ini terlihat dari peninggalan benda-benda yang digunakan oleh penduduk di Pangkalan yang diimpor dari Cina, pada zaman Dinasti Tang, Ming dan Dinasti Han (berupa piring besar, dulang perunggu, tombak dan alat penangkap ikan).
Keyakinan agama sebelum Islam masuk ke Minangkabau, bahwa Sungai Maek/anak Sungai Kampar, adalah tempat mensucikan diri. Sampai sekarang, nilai dan adat Minangkabau yang dilambangkan dengan ( budi, akal, ilmu, mungkin patut ) konon dikaitkan dengan pemahaman terhadap peristiwa alam (air, api, angin, tanah). Sampai pada struktur pemangku adatnya yang 4 yaitu Penghulu, Manti, Mualim, Dubalang sebut sajalah “Tetraloginya Minangkabau”.
          Secara evolusi, setelah 100 tahun kelahiran Nabi Muhammad. SAW, Islam masuk ke Selat Malaka masuk ke Muara Sungai Kampar melalui ajaran Islam yang 4, yang dibawa oleh ajaran sahabat yang 4 (Abu Bakar yang berhakikat, Ali yang bertarikat, Umar yang bermakrifat dan Usman yang bersyariat).
4 Nilai dasar adat (budi, akal,ilmu dan mungkin serta patut) punya hubungan dengan 4 nilai dasar Islam yang 4 (hakikat, tarikat, makrifat, syariat) yang telah diperkenalkan pada tahun 900-1000 M melahirkan konsep Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Adat. Dalam perkembangannya pada tahun 1660 M di Ulakan Pariaman mengalami perubahan Adat jo Syarak Sandi basandi. Setelah Perang Padri usai (1837M), maka barulah dikukuhkan sebagai ABS BSK (Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah).
          Diperkirakan tahun 1000-1200 M, Sultan Ibrahim bersama Putrinya Lindung Bulan (beragama Islam) berlayar dari Maek mengarungi batang Maek bersuku Mandahiliang, membawa ajaran Islam untuk mempertemukan konsep balimau suatu upacara untuk mensucikan diri pada awal memasuki bulan Ramadhan sehingga menjadi tradisi bagi masyarakat Pangkalan Kecamatan Pangkalan sejak saat itu sampai sekarang, makam kedua tokoh tersebut dinamakan “makam Ustano Rajo “ yang berjarak 1 km dari jembatan tempat prosesi adat potang balimau dilaksanakan.   
Namun demikian juga pada lokasi perkuburan pitopang Dt. Bosa dijumpai batu tapak yang bentuknya sama dengan batu tapak “ Purnawarman “ di di Jawa Barat (tahun 300-5000 M) , dan di sebelah Timurnya dulunya disebut Koto Tuo Pangkalan.         Agaknya pertemuan Sultan Ibrahim- Dt. Basa dan Dt.Sibijayo itulah awal kejadian potang balimau. Indikasi lain adalah di lokasi “Potang Balimau” yang masih  disebut masyarakat sebagai pasa usang dan dijumpai pula Masjid yang banggunannya  menyerupai kebudayaan “ Islam budha”
          Pada tahun 1290 M, Raja Singosari “Kartanegara” melakukan ekspedisi Pamalayu. Konon kabarnya “Raja/ Patih Paramesywara, singgah dahulu di Pangkalan untuk mohon izin kepada Dato Sibijayo (Datuk Sibijayo) sebelum ke “Tumasik” (Singapura sekarang). Hal ini membuktikan bahwa Pangkalan menjadi pelabuhan terbesar di zaman itu untuk kawasan Asia Tenggara.
          Berdasarkan latar belakang sejarah tersebut, tidak dapat diragukan lagi setelah tahun 690 M, aksara kuno Minagkabau telah digunakan untuk perdagangan “gambir” yang dibawa dari Pangkalan ke Funan. Aksara Minangkabau ini tertuang di sebuah batu di daerah sebelah barat laut Pangkalan yang disebut dengan Koto Lamo Kecamatan Kapur IX.
          Cerita lain tentang Potang Balimau di Kenagarian Pangkalan dimana masyarakat Pangkalan yang suka berniaga sampai ke Malaysia, Sambas dan Kalimantan. Pada sekitar tahun 1800 pulanglah saudagar Pangkalan dari sambas sambil membawa dua buah mimbar masjid. Dari Sambas mengarungi lautan , kemudian sampai ke Sungai Siak, lalu ke Taratak Buluah, Sungai Kampar dan Batang Maek. Satu buah mimbar itu di serahkan ke kerajaan Siak sebagai hadiah untuk raja Siak dan satu lagi dibawa ke Pangkalan yang sekarang merupakan mimbar Mesjid Raya di Pasar Usang Pangkalan.
          Kedatangan mimbar menjelang memasuki bulan suci ramadhan disambut dengan suka cita oleh masyarakat Kenagarian Pangkalan sebab kala itu masyarakat Pangkalan sedang membangun sebuah Mesjid dan sangat menantikan kedatangan mimbar tersebut. Kemudian masyarakat berbondong-bondong untuk  melihat mimbar tersebut. Sejak saat itu setiap memasuki bulan suci ramadhan masyarakat Kenagarian Pangkalan membuat sampan hias yang merupakan wujud syukur terhadap kepulangan masyarakat untuk bersilaturrahmi  pulang dari rantau menjelang bulan suci ramadhan sehingga kata mimbar dengan dialek pangkalan menjadi “mimbau”.
Berdasarkan sekilas informasi ini dan berdasarkan pengamatan pengalaman pemda Lima Puluh Kota betapa besarnya peran serta  masyarakat Pangkalan setiap tahunnya, maka sangat layak kegiatan yang dihadiri/ dilaksanakan oleh ± 10.000 orang dengan kesadaran masyarakatnya, perlu dijadikan kegiatan kepariwisataan berskala Nasional/Internasional setiap tahunnya oleh Pemerintah Republik Indonesia.  
Gambar 1.  Potang Balimau Di Nagari Pangkalan Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Kabupaten Lima Puluh Kota

B. KONDISI GEOGRAFIS KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
  Kabupaten Lima Puluh Kota adalah salah satu Kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Barat, yang memiliki luas 3.354 Km2. Daerah yang cukup luas ini, secara administratif terbagi ke dalam 13 kecamatan. Kecamatan terluas adalah Kapur IX (723,36 Km2), kemudian diikuti oleh Pangkalan Koto Baru (712,06 Km2) dan Harau (416,80 Km2) serta Lareh Sago Halaban (394,85 Km2). Kecamatan terkecil adalah Luak dengan luas 61,68 Km2, kemudian diikuti oleh Situjuh Limo Nagari (74,18 Km2) dan Akabiluru (94,26 Km2). Selain dibagi atas wilayah kecamatan, wilayah kabupaten juga terbagi kedalam 79 nagari dan 401 Jorong. Nagari dan Jorong terbanyak berada di Kecamatan Harau, dan setiap Kecamatan memiliki jumlah nagari dan jorong yang berbeda-beda.
Secara geografis Kabupaten Lima Puluh Kota terletak pada 00 22’ LU–0023’ LS dan 1000 16’ BT-1000 51’ BT, dan lokasi ini juga berada di bagian timur Provinsi Sumatera Barat. Di sebelah utara, Kabupaten Lima Puluh Kota berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hulu dan Kabupaten Kampar Propinsi Riau, sebelah selatan dengan Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Sawahlunto Sijunjung, sebelah barat dengan Kabupaten Agam dan Kabupaten Pasaman, serta sebelah timur dengan Kabupaten Kampar Propinsi Riau.
Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki topografi bervariasi mulai dari datar, lereng, bergelombang dan berbukit dengan ketinggian bervariasi dari 110-905 m dari permukaan laut (dpl). Di daerah ini terdapat 13 buah sungai yang tersebar di beberapa kecamatan. Diantaranya yang terpanjang adalah Batang Maek yang melintasi Kecamatan Bukit Barisan, Kapur IX dan Pangkalan Koto Baru dengan panjang 125 Km dan kemudian bergabung dengan Batang Kampar, batang Siak menuju Samudera lepas di Selat Malaka.
C. PROMOSI PARIWISATA MELALUI EVENT DAERAH
Promosi  pariwisata daerah diselenggarakan dalam bentuk even pariwisata yang mempromosikan pariwisata andalan Kabupaten Lima Puluh Kota sebagai andalan Provinsi Sumatera Barat.

Peningkatan promosi pariwisata yang bertujuan untuk daya tarik wisata daerah  dilakukan melalui penyelenggaraan event pariwisata daerah, meliputi : Potang Balimau di Pangkalan, Pacu terbang itik,Pacu Jawi,Adu Balam,Bakajang,Buru Babi,Pacu Rakik Bambu, Pemilihan Uda dan Uni Duta Wisata Kabupaten Lima Puluh Kota, dan Pameran promosi pariwisata daerah.

BAB II. USULAN KEGIATAN POTANG BALIMAU SEBAGAI PERISTIWA KEPARIWISATAAN NASIONAL/INTERNASIONAL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

a.     Nama program         : Pengembangan Pemasaran Pariwisata
b.     Kegiatan                  : Pelaksanaan Promosi Pariwisata Nusantara di dalam dan luar
                                negeri.
c.  Bentuk Kegiatan     : Potang Balimau di Nagari Pangkalan Kecamatan Pangkalan Koto Baru Kabupaten Lima Puluh Kota.
d.   Maksud dan Tujuan    :
      Maksud dari kegiatan ini adalah untuk mengantisifasi kecenderungan dan perkembangan kegiatan pariwisata yang berwawasan dalam rangka mewujudkan Lima Puluh Kota sebagai tujuan wisata yang berwawasan lingkungan yang komprehensif, terpadu dan berkelanjutan serta berdaya saing yang disesuaikan dengan karakteristik fisik dan non fisik daerah serta agama, budaya dan adat-istiadat masyarakat setempat. 
 Sedangkan tujuannya  adalah untuk mengembangkan budaya lokal serta melestarikan nilai-nilai tradisi dalam masyarakat untuk mewujudkan akselerasi Pembangunan dan Pengembangan sektor Pariwisata yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota .

e.  Masalah
          Masalah yang hendak diselesaikan dalam  kegiatan “potang balimau di Nagari Pangkalan Kecamatan pangkalan Koto Baru adalah adanya pedangkalan sungai batang maek di sekitar jembatan batang maek di depan mesjid raya Nagari Pangkalan atau tempat lokasi potang balimau sepanjang 2 km, sehingga acara setiap tahunnya yang diadakan perlombaan selaju sampan dan mimbau ( perahu hias ) terkendala dalam pelaksanaanya.


f.  Sasaran Kegiatan
     Sasaran kegiatan adalah untuk meningkatnya tujuan wisata ke daerah Pangkalan Koto Baru baik secara nasional maupun internasional dan terperbaikinya lokasi tempat acara potang balimau setiap tahunnya.
g. Fakta yang mendasari dari kegiatan ini adalah Peraturan Bupati Lima Puluh Kota         Nomor 64 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan Daerah
h. Organisasi Pelaksanaan  event Potang Balimau dilaksanakan melalui kepanitian sebagai pengarah di Tingkat Kabupaten dan Panitia Pelaksana di Tingkat Kecamatan.
i.   Pembiayaan
     Pembiayan  bersumber dari Tugas pembantuan APBN Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Ditjen Budaya dan Seni untuk Kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat
a.   Rincian Kegiatan/Sub-Kegiatan dan Anggaran

Kegiatan/ Sub-Kegiatan
Kebutuhan Anggaran (Rp.000)
APBN Pusat*
APBD
Masya-
rakat
BP
BB
BM
BS
å
Pelaksanaan Promosi Pariwi-sata Nusantara di dalam dan luar   negeri.







1.  Promosi Pariwisata melalui event daerah
10.000
150.000
-
-
160.000
25.000
25.000
2. Rehabilitasi lokasi
10.000
250.000
-
-
260.000
25.000
-
    Jumlah
20.000
400.000


420.000
50.000
25.000
*  BP = Belanja Pegawai;  BB = Belanja Barang/Jasa;  BM = Belanja Modal;
    BS = Belanja Bantuan Sosial;  å =  Jumlah
b.    Indikator Kinerja
Berisi penjelasan tentang indikator keberhasilan (output dan outcome) pada setiap kegiatan/Sub-kegiatan sebagai alat ukur pencapaian tujuan dan sasaran.
Kegiatan/Sub-Kegiatan
Indikator Keberhasilan
OUTPUT
OUTCOME
Pelaksanaan Promosi Pariwi-sata Nusantara di dalam dan luar   negeri.


1.  Promosi Pariwisata melalui event daerah
Terlaksananya lomba   perahu hias (mimbau)
Meningkatkan kunjungan wisata

Terlaksananya lomba selaju sampan
Meningkatkan kunjungan wisata
2. Rehabilitasi lokasi
Terlaksanya rehabilitasi lokasi tempat acara
Meningkatkan Pendapatan masyarakat.


                                                                          Sarilamak,    Agustus 2011

                                                                        BUPATI LIMA PULUH KOTA


                                                                                      ALISMARAJO                 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar