Menjadi yang terbaik merupakan amanah yang harus dilakukan dalam hidup dan kehidupan seorang manusia karena kita dilahirkan memang untuk jadi yang terbaik oleh Allah SWT yakni sebagai kalifah di muka bumi ini serta paling sempurna dari sekian banyak makluk ciptaan Allah. Maka Jadilah yang terbaik.......YES...

Sabtu, 24 Desember 2011

SISTIM ADAT DAN PASUKUAN




            Tentang pasukuan di Minangkabau dikatakan bahwa suku di Minangkabau itu ada empat buah: Koto, Piliang, Bodi, Caniago. Tetapi dalam kenyataannya, tidaklah saja empat suku itu yang ditemukan, dari informasi yang diperoleh dari ninik mamak di kanagarian ternyata suku itu lebih dari empat buah. Katakanlah ada Melayu, Bendang, kampai, mandailing, ada Koto, piliang, Sipisang, Jambak, Pitopang, dan banyak lagi suku suku dengan nama yang berbeda.
            Di kabupaten Lima Puluh Kota, atau yang disebut ranah Luak Limo Puluah, suku suku itu berada di nagari, dan dulunya lebih dari 100 nagari di luak Limo Puluah koto, karena Luak Limo Puluah itu meliputi wilayah wilayah yang sekarangdisebut Kabupaten Lima Puluah Kota, kabupaten kampar, kabupaten Rokan Hulu, kabupaten Pelalawan, atau yang dahulunya menghuni hulu dan aliran sungai Sinamar, sungai Kampar, sungai Siak, dan sungai Rokan.
            Maka, suku suku dalam wilayah ini terbagi atas empat (4) kelompok suku yaitu:
1.         Kelompok suku pitopang yang meliputi kampong kampong:  Pitopang, Jambak, Salo kutianyie, Bulu kasok dan banuhampu.
2.         Kelompok suku Melayu, yang terdiri dari: kampuang Melayu, Kampuang Bendang, Kampuang kampai, kampuang mandailiang, Kampuang Panai/Domo
3.         Kelompok suku sembilan (Koto Piliang) yang meliputi kampuang-kampuang: Koto piliang, Tanjuang, payo bada, Sikumbang, picancang, Simabua, sipisang dan Guci.
4.         Kelompok suku Bodi caniagomeliputi kampong kampuang Bodi Caniago, Sumagek-Supanjang, Singkuang-Mandaliko dan balai mansiang.
            Setiap nagari selalu adasistim Kaampek Suku, artinya setiap nagari harus ada empat suku yang mewakili kelompok tadi, dan penghulu yang tertua dari kampung dalam suku itu biasanya sudah menjadi kaampek sukunya.
            Dalam setiap nagari penghulu ampek suku itu masing masing mempunyai jabatan adatnya, antara lain disebut sebagai  pasak kunci, Pasak jalujua, pasak kungkuang dan peti bunian.
            Penamaan suku suku ini sudah dibawa sejak mereka berdatangan pertama kali, apakah kedatangan 2000 tahun SM, ataupun kedatangan setelah kelahiran nabi Isa sendiri. Dan sumber kedatangan asala muasal nenek moyang bangsa Indonesia lainnya  pun berasal dari daratan Asia, termasuk dari tanah Basa yang diceritakan dalam tambo tambo tiada lain adalah dari anak benua India seperti dari lembah Hindustan, Malabar dari Madras dari rumpun etnis yang memiliki tulisan Palawa, bahasa Tamildan etnis Dravidian yang berbahasa Sangskrit. Banyak bukti kesamaan bahasa dan intonasinya dengan bahasa Burma misalnya seperti ungkapan “durian di takuak rajo”, mirip dengan ungkapan “duren patakai raya” yang artinya adalah dataran tinggi.
            Oleh karenanya banyak nama nama nagari yang sebetulnya mempunyai akar linguistic dari rumpun bahasa bahasa daratan Asia, seperti Burma dan Funan atau Vietnam, contohnya Nagari yang berasal dari kata kata “TA” yang artinya adalah besar, seperti Ta-ku (kus) artinya batu besar, Taram (air besar), Talang (Bandar besar), Ta-eh (kayu besar), demikian juga dengan istilah “sia-lang” yang artinya adalah batas (bahasa Tamil), hal ini sebagaimana temuan kita (Alis Marajo: Monografi nagari), boleh dikatakan setiap nagari nagari di Kabupaten Limapuluh Kota mempunyai Sialang.
            Dengan demikian jelaslah bahasa Minangkabau itu campuran bahasa Melayu dengan bahasa Tamil, Dravidian dan bahasa “WU” turunan Tibet. Tentu dengan demikian kita perlu hati hati terhadapa analisa terjemahan dari setiap orang untuk kepentingan yangt berbeda beda , atau maksud maksud tertentu untuk suati proses improvisasi norma agama, sebab memang agama agama yang dianut oleh masyarakat Minangkabau ini dulunya antaralain adalah Majusi, Hindu, Budha hidayana dana Budha Mahayana, Islam Syi”ah, Islah Wahabi dan Islam Moderat.
            Istilah lain yang pengertinya berbeda dengan konotasi bahasa Indonesia klasik banyak dijumpai, misalnya San-di (Tamil) adalah hubungan suatu hal dengan hal lainnya Prof. husain Naenar ahli bahasa Tamil dan Prof. khaidri anwar (alm), jadi kisaknya kalaimat (adapt sandi basandi) terjemahannya adalah bagaimana hubungan norma yang satu dengan norma yang lainnya.
            Adat menurut bapak Rasyid manggis dalam bukunya mengatakan berasal dari A dan Dato artinya sesuatu yang tidak bersifat kebendaan, akan tetapi secara empiric mengamati dialog adat yang dilakukan oleh para ninik mamak dalam acara ritus adat sebagai berikut: “adat nan ampek pakaro, nan partamo adalah baso jo basi, nan kaduo adalah sambah manyambah nan katigo adalah siriah jo pinang dan kaampek adalah alue jo patuik”
            Baso jo basi adalah menjalin hubungan psikologis dengan setiap orang, sehingga hubungan kontak psikologis dapat terus dilakukan dengan setiap orang.
            “Sambah manyambah” artinya bagaimana selalu bersikap menghormati pikiran orang lain walaupun sebenarnya pikiran otang lain itu mungkin saja berbeda dengan pikiran kita, namun hubungan perasaan anatara kita dengan orang lain tidak rusak atau mengfalami keadaan yang kuarang harmonis, selanjutnya siriah jo pinang, merupakan wujud dari tata cara penyampaian siatu maksud tidak secata gambling dan ini adalah identitas budaya yang membedakan orang Minang kabau dengan ora ng lain, yang keempat adalah, alua jo patuih artinya hubungan ini dilakukan secra proprsional, artinya sesuai dengan konteksnya kita berkomunikasi dengan orang lain. Sehingga kesimpulannya adalah bahwa “Adat” itu adalah bagaimana menjalin komunikasiu rasional dan efektif dengan orang lain, atau selalu menjaga keseimbangan pikiran dan perasaan.
            Dengan demikian semakin terasa perlunya “Adat” itu sebagai alat untuk proses sosialisasi diri bagi seorang yang memahami adapt Minangkabau . Sekaligus pula dapat kita pahami adagium adat yang mengataka “ beradat sepanjang jalan, bacupak sepanjang batuang” Dapat diartikan bahea menjalin komunikasi dengan orang lain perlu dibuat jembatan hati.
            Bahagian lain dapat kita pahami adagium adat yang berbunyi “adat dipakai baru, kain dipakai usang” artinya apabila hubungan dengan orang lain kita lakukan maka suasana pergaulan akan harmonis dan modern, jadi adapt bukanlah suatu tradisi, akan tetapi merupakan identitas budaya yang menjadi cirri dalam pergaulan sehari hari
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar