Menjadi yang terbaik merupakan amanah yang harus dilakukan dalam hidup dan kehidupan seorang manusia karena kita dilahirkan memang untuk jadi yang terbaik oleh Allah SWT yakni sebagai kalifah di muka bumi ini serta paling sempurna dari sekian banyak makluk ciptaan Allah. Maka Jadilah yang terbaik.......YES...

Sabtu, 24 Desember 2011

ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULAH


  Sehubungan dengan penjelasan kita diatas tadi, akan dapatlah dipahami bahwa “Adat basandi syarak”, adalah bagaimana hubungan nilai adat dengan nilai syarak yang diajarkan oleh agama islam.
            Menurut adagium adat Minangkabau, “penghulu nan babudi, manti nan baraka, dubalang nan tau mungkin dan patut, mualim nan tau” didapatlah kesimpulan ada 4 nilai dasar adapt Minangkabau itu yaitu: Budi (effektif Domani), akal (kecerdasan sosial), mungkin dan patut, dan ilmu (pengetahuan). Jadi manusia yang beradat itu adalah manusia yang berbudi, berakal, mengenali mungkin dan patut (rasional dan empiric), serta berilmu pengetahuan. Hal ini sudah dianut masyarakat  Minangkabau sejak kedatangannya di pualu perca ini, yang Goethe penulis sejarah Asia tenggara, pada abad ke tiga Masehi bernama pulau sebadiou.
            Bermacam macam agam yang sudah mempengaruhi masyarakat Minangkabau ini sejak 500 tahun sebelum masehi, sebutlah agama majusi, hindu, Budha. Semuanya itu menyebabkan masyarakat Minangkabau secara terpaksa menerima.  Berbeda dengan Islam yang telah lahir pada abad keenam, abad ketujuh telah berkembang kedaratan asia (shanghai), dan malah kekuasan bani umayah telah berkembang sampai muaro sabag. Dan seterusnya melalui sungai kampar telah memasuki pedalaman Minangkabau timur pada waktu itu telah sampai ke kuntu sekaligus mendirikan kerajaan islam syi’ah “kuntu darusallam”. Islam mengajar syarak nan ampek yaitu hakekat, tarikat , makrifat dan syari’at. Diperkenankan pula sahabat rasulullah nan ampek yaitu abubakar, umar, Usaman dan Ali.
            Menurut cerita cerita kuno kuntu akhirnya ditakluklan oleh raja raja India yang beragama budha, akan tetapi aliran Islam Syi’ah mengungsi ke Taram Kabupaten Limapuluh Kota. Konon kabarnya di Taramlah diperkenalkan hubungan adapt nan ampek denga syarak nan ampek yaitu bagaimana budi basandi hakekat, bagaimana aka basandi tarekat dan bagaimanapula mungkin dan patut basandi makrifat, dan terakhir bagaimanapula ilmu basandi syariat (ayat ayat Alqur’an). Dari kenyataan ini maka kaum adapt menerimanya dengan bahasa adat “kok syarak mangato mako adat alah mamakai”, dan akirnya disingkat “syarak mangato adapt mamakai, dan adat basandi jo syarak”
            Selanjutnya bagaimana unsure unsure syarak tadi dijelaskan dalam kitabullah inilah yang dimaksudoleg para ulama sayarak basandi kitabullah. Mulai pada abad ketujuh itu pulalah semua mantra mantra dukun diberi ujung berkat bagindo Rasullah. Sebagai contoh kita pernah diajari oleh orang tua kita dikampungsuatu ilmu batin untuk masuk kerimba supaya binatang buas seperti harimah menjauh dari kita bunyinya seperti ini: “tarajati rajata, yafarati, yasai sati waiza wa jahak, barak baginda rasulullah (doa manyoga harimau)
            Banyak lagi hal hal seperti itu yang diwariskan oleh orang tua kita kepada anak cucunya. Begitulah caranya Islam dianut oleh masyarakat kita pada saat Islam mulai dianut oleh masyarakat Minangkabau. Maka kita berkesimpulan, bahwa Islamlah agama yang dapat memperkokoh adapt Minangkabau itu. Berarti bukan agama yang lain, setelah dilihat dari perkembangan agama agama yang pernah dianut oleh masyarakat Minangkabau tempo dulu atau zaman lampau. Jadi dengan demikian makna dari adat basandi syarak adalah Islamlah agama yang memperkokoh adapt Minangkabau, dengan arti lain, adatnya bersumber dari cirri alam dan agama islamnya.
            Islam masuk ke Minangkabau ­­­­­­­memang secara persuasive, oleh karena Islam itu memang diberi baju oleh budaya penganutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar