A DAMHOERI
: PENULIS NASIONAL DARI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
Oleh
Ali
Hasan, S.Sos
Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki banyak putra
daerah yang berhasil dalam berbagai bidang dan menorehkan berbagai penghargaan
yang mengharumkan nama daerah. Dalam bidang sastra misalnya, seorang putra
Nagari Batu Payuang telah melahirkan 124 buku dan 22 buku yang belum
diterbitkan hingga ajalnya. Beliau adalah Ahmad Damhoeri, atau yang dikenal
dengan nama A Dam, Bung Adam, pak Adam, atau A. Damhoeri Pengarang. Penulis
kelahiran 31 Agustus 1915 ini merintis kariernya dari sekolah dasar. Damhoeri
muda menyadari bahwa menulis bukanlah keturunan, namun buah dari kerja keras.
Novel pertamanya, Mencari Jodoh, yang diterbitkan pada tahun 1935 oleh Balai
Pustaka menuai sukses dan dicetak ulang beberapa kali. Kesuksesan di umur 20
tahun inilah yang terus merangsang Damhoeri untuk terus berkarya. Tidak hanya
menulis novel, Damhoeri juga menulis berbagai cerita pendek, cerita anak,
sajak, essai, buku ajar sekolah, serta Teka-Teki Silang (TTS) saat mengasuh
rubrik Kesastraan di Majalah “Panji Pustaka”.
Damhoeri termasuk salah seorang pengarang tiga
zaman, yaitu penjajahan Belanda, pendudukan Jepang, dan zaman kemerdekaan. Pada
zaman penjajahan Belanda, Damhoeri menggunakan nama samaran Aria Diningrat. Di
zaman kependudukan Jepang, Damhoeri menetap di tanah kelahirannya. Perlakuan
semena-mena penjajah kepada masyarat jajahan membuat tumpul inspirasi menulis
Damhoeri, namun sekali-kali tulisannya masih muncul di Harian Sumatera Shibun
Medan dan Harian Padang Nippon. Damhoeri juga turut bergerilya selama perang
Kemerdekaan dan masa Agresi Belanda kedua di Payakumbuh Selatan. Awalnya beliau
aktif dalam Barisan Penerangan Mobil Kewedangan Militer Payakumbuh Selatan,
kemudian menjadi staf Wedana Militer Makinuddin HS. Pengalaman bergerilya
tersebut direfleksikan Damhoeri dalam novel “Dari Gunung ke Gunung” yang
diterbitkan oleh Penerbit Saiful Medan pada tahun 1950.
PENDIDIKAN DAMHOERI
Damhoeri mengawali pendidikannya di Sekolah
Gobernemen Kelas Dua di Bangkinang. Pada saat itu, sekolah Gobernemen terkenal
dengan nama Jongen Vervoischoll. Lama pendidikan di sekolah ini adalah dua
tahun dan merupakan sekolah lanjutan dari Sekolah Rakyat (SR) yang lamanya tiga
tahun. Setelah tamat dari sekolah Gobernemen pada tahun 1928, Damhoeri
melanjutkan pendidikannya di Sekolah Normal yang berada di Padang Panjang.
Damhoeri menyelesaikan pendidikannya pada tahun 1943 dan memperoleh ijazah.
Sekolah Normal menjadi akhir dari pendidikan formal Damhoeri, karena selanjutnya
Damhoeri belajar berbagai bidang secara otodidak. Ijazah dari Sekolah Normal
menjadi modal Damhoeri untuk berkarir sebagai guru. Tahun 1934, A. Damhoeri pun
menjadi seorang guru.
Selain bekerja di bidang pendidikan, Damhoeri juga
menggeluti bidang Kebudayaan dan pernah menjabat sebagai Kepala Inspeksi
Kebudayaan di Sumatera. Di samping itu, beliau juga aktif di bidang Penerbitan.
Damhoeri muda bukan berasal dari keluarga kaya, sehingga beliau bekerja keras
untuk menafkahi keluarganya. Kehidupan Damhoeri membaik ketika beberapa
karyanya dipesan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk dijadikan
sebagai Buku Inpres.
Karir menulis Damhoeri berawal dari Majalah Taman
Kanak-Kanak Panji Pustaka pada 27 November 1931. Hingga tahun 1934, Damhoeri
membantu majalah tersebut untuk memajukan dunia Kesusastraan. Tahun 1938 hingga
1939, Damhoeri menjabat sebagai Direksi di Majalah Dunia Pengalaman. Sibuk di
bidang penerbitan, Damhoeri tetap melanjutkan karirnya sebagai Pegawai Negeri
Sipil (PNS) dengan menjadi guru di Sekolah Desa pada tahun 1934 sampai dengan
tahun 1936. Selanjutnya, pada tahun 1938 hingga 1940, Damhoeri menjadi pengajar
di Sekolah Gemeente Medan. Kemudian hijrah ke HIS Medest Medan hingga tahun
1942.
Setahun kemudian, Damhoeri pulang ke tanah kelahirannya
dan menjadi guru di Sekolah Sambungan Payakumbuh hingga tahun 1946. Karir
Damhoeri menanjak dengan dipercayanya beliau menjadi Kepala Sekolah di Sitanang
Payakumbuh pada tahun 1947. Sembilan tahun menjadi Kepala Sekolah, tahun 1956
Damhoeri memegang jabatan sebagai Kepala Seksi Kesenian Perwakilan Daerah
Kebudayaan Sumatera Tengah di Bukittinggi. Selanjutnya Damhoeri menjadi Kepala
Seksi Kesenian Inspeksi Daerah Kebudayaan Sumatera Barat untuk periode
1960-1963. Jabatan berikutnya yang
dipegang oleh Damhoeri adalah Kepala Inspeksi Kebudayaan Daerah I Kota
Payakumbuh pada tahun 1964-1971. Damhoeri pun pernah menjadi Ketua Komite
Nasional Batu Payung pada 1947 dan menjadi anggota Sidang Pengarang pada
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di Bukittinggi pada tahun 1947.
KEHIDUPAN DAMHOERI
Semasa hidupnya, Damhoeri menikah sebanyak
sembilan kali dan memiliki sembilan orang anak. Bakat menulis Damhoeri juga
menurun kepada anak-anaknya, diantaranya Nursjirwan Damhoeri. Dari
penghasilannya sebagai penulis dan PNS, Damhoeri menafkahi keluarganya dengan
memiliki ladang kopi, mendirikan penggilingan padi, serta memiliki toko yang
menjual berbagai alat kebutuhan rumah tangga. Damhoeri juga memperbaiki
rumahnya hingga layak huni dan membangun ruang kerja untuknya yang juga
dilengkapi dengan perpustakaan pribadi. Tak hanya berbuat untuk keluarganya,
Damhoeri juga memberikan manfaat bagi lingkungannya dengan membangun unit
penerangan listrik yang menggunakan dinamo 3 KW dan digerakkan oleh diesel.
Mushalla, jalan, Mesjid, kantor desa, dan masyarakat di sekitarnya ikut
menikmati listrik dari unit penerangan yang dibangun Damhoeri.
Damhoeri menghabiskan masa tuanya dengan bermain
dengan cucu-cucunya. Damhoeri wafat pada 6 Oktober 2000 dalam usia 85 tahun.
Beliau telah meninggalkan kebanggaan bagi keluarganya, orang-orang yang
mengenalnya, masyarakat, dan daerah ini. Bupati Alis Marajo dalam sambutannya
saat berziarah ke makam Damhoeri pada Peringatan Sumpah Pemuda tahun lalu
berharap kaum muda Kabupaten Lima Puluh Kota berani tampil dan mengembangkan
bakat menulisnya. “Menulis adalah berkah dan menjadi rahmat bagi sekitar kita”,
pungkas Bupati.
Akan ada yang berbeda dalam ziarah Bupati ke makam
Damhoeri tahun ini. Dalam rangkaian Peringatan Sumpah Pemuda ke 84 tanggal 28
Oktober nanti, Bupati sekaligus akan menyerahkan lukisan Damhoeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar